Diri zahir adalah ciptaan
Tuhan sebagai pakaian-pakaian yang diperbuat daripada kulit, daging, urat saraf
dan tulang. Segalanya nampak dipandang
dan difikirkan. Kehidupannya telah dirancang Tuhan dan bergantung dengan asbab
fitrah ciptannya. Dihias dan dibentuk dengan rupa yang tidak siapa mampu
mengubah kedudukan asal ciptaanNya. Segala sususnannya sempurna sehingga si
pemakai yang bakal memakai diri zahir itu akan kagum melihat kecantikan
pakaiannya lalu menyangka itulah dirinya. Ada juga Allah ciptakan pakaian yang
kurang sempurna sehingga jiwa yang memakai kurang selesa. Namun si pemakai
tidak mengerti kenapa jadi demikian.
Mata, telinga, mulut dan
semua anggota adalah alat kepada si pemakai untuk beribadat kepada Allah.
Itulah amanah Allah dan itulh tujuan pakaian tubuh kepada jiwa. Dengan alat
tubuh itu juga, jiwa kaan merasa nikmat dunia yang kasar. Tanpa tubuh, jiwa
tidak merasai nikmat kasar itu kerana jiwa jiwa itu tidak terkesan oleh
sesuatu. Dengan itu, Allah ciptakan jin, malaikat sebagai bukti ciptaan halus
yang merasa nikmat Allah dengan cara
yang halus juga.
Diri zahir hidup dengan
perintah Allah. Darah yang mengalir dan penafasannya bergerak mengikut sunnah
Allah yang ditetapkan sebagaimana peredaran malam dan siang. Jiwa sebagai si
pemakai tidak perlu memikirkan perjalanannya, sebaliknya menyempurnakan hak
jasad mengikut kadar ditetapkan Allah seperti keperluan makan dan minumnya,
kesihatan dan kebersihannya. Jasad juga adalah makhluk Tuhan yang menjadi saksi
kepada si pemakai. Allah membentuk tubuh dan menjaganya dalam rahim seorang
ibu.
Tidaklah Allah mencipta
keburukan bagi tubuh itu melainkan Allah menciptanya dari apa yang berasal dari
kedua ibubapanya. Jika keduanya makan dari makanan yang bersih lagi halal, maka
bersihlah tubuh itu. Jika amalan kedua ibubapanya buruk, maka buruklah seketul
darah yang membentuk daging dan hati tubuhnya.
Walau apapun, Allah adalah
pencipta yang Maha Mengetahui ciptaanNya. Setiap ciptaan itu ada kelebihan dan
kekurangannya, kuat dan lemahnya, sihat dan sakitnya bergantung atas ketetapan
sunnah Allah. Akhirny akan hancur juga menjadi asalnya tanah. Dari tanah juga
akan keluar tubuh yang hancur itu untuk menjadi saksi.
Maka, semua tubuh itu
hanyalah tenunan-tenunan dari hasil tanah menjadi makanan dan disirat menjadi
benih-benih yang tersimpan. Sejauh mana rupa asal tanah telah diubah hakikatnya
tanah jua. Tanah yang berbagai warna dan bentuknya. Maka berhati-hatilah wahai
jiwa kepada tanah yang menjadi saksi di mana saja jiwa berdiri.
Sekian.
No comments:
Post a Comment